Film Dokumenter Watchdoc yang Berjudul Sexy Killer, Viral Sampai Tembus 12 Juta Views
Tulisan Ken - Film Sexy Killers yang menguak kisah kelam di balik terangnya lampu menjadi viral.
Viralnya film tersebut lantaran kontennya yang begitu menyentuh.
Rumah Produksi WatchDoc menguak cerita kelam di balik para korban pembangunan PLTU.
Dua trailernya telah lebih dulu menduduki jumlah penonton yang cukup banyak.
Diunggah pada 13 April 2019 di YouTube, video tersebut menuai perhatian publik.
Film berdurasi 88 menit itu telah ditonton sampai 5 juta kali hingga Selasa (16/4/2019).
Sexy Killers menceritakan kisah runut perjalanan bisnis batu bara dari hulu ke hilir.
Batu bara yang menjadi bahan utamanya hingga dapat menghasilkan energi seperti yang dapat dikonsumsi saat ini.
Mulai dari lokasi penambangan batu bara di kawasan Kutai, Kalimantan Timur, dimana para petani transmigran yang telah menempati lokasi sejak era Orde Baru kini harus pasrah menanggung kerusakan lahan yang ditenggarai disebabkan oleh aktivitas tambang.
Selain polusi udara, krisis air bersih, dan kerusakan bangunan, aktivitas tambang yang bersebelahan dengan pemukiman warga juga meninggalkan lubang galian yang menelan korban jiwa.
Viralnya film Sexy Killers sampai tembus dilihat 5 juta kali di YouTube membuat mantan anak buah Ahok, Ismail Al Anshori menganalisanya.
Ismail Al Anshori menganalisa mengenai film Sexy Killers di laman Twitter pada Selasa siang (16/4/2019).
Dalam postingannya di Twitter, Ismail mempermasalahkan mengenai isi dari film tersebut yang tidak berimbang alias cover both side.
Menurutnya, film dokumenter seharusnya menambah wawasan dan sudut pandang bagi penonton. Bukan untuk membuat penonton mudah curiga dan semakin judgmental.
Ismail mengaku ia memiliki hobi untuk menonton film dokumenter.
"Gw hobi nonton film dokumenter. Kira2 seminggu 1 film dokumenter, baik yg durasi pendek (3-10 menit) dr Vox, 10-20 mnt dr NYT, sampe yg > 60 mnt dr PBS & HBO.
Film2 tsb menarik krn cover both sides. Nambah wawasan & sudut pandang.
Bkn malah jd makin gampang curiga & judgmental," tulis Ismail Al Anshori.
Ismail mengungkapkan, film dokumenter yang tak berimbang merupakan film propaganda.
Terkait hal itu, Ismail menyatakan tak melihat upaya pembuat film Sexy Killers menyajikan posisi yang berimbang.
"Film dokumenter yg tidak cover both sides adalah film propaganda.
Gw ga lihat upaya pembuat film Sexy Killers utk cover both sides. Kalo pun susah utk minta komentar dr pihak2 tertentu, paling minimal bisa usaha cari penjelasan dari sudut pandang yg berbeda," tulisnya kembali.
Ismail bahkan merasa aneh dengan anak-anak Jokowi, Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep yang diseret ke persoalan tambang batu bara.
Ia pun merasa khawatir nantinya jika penjual warteg dan warga kampung penyedia kos-kosan dianggap mendukung kapitalisme yang merusak lingkungan.
Lebih lanjut, Ismail membeberkan analisanya mengenai pihak-pihak yang bersalah berdasarkan film Sexy Killers.
"Jika menggunakan logika pembuat film Sexy Killers, maka pihak2 yg bersalah dalam tambang batubara adalah:
Kemendikbud
Kemenristek-Dikti
PDAM
Penjual katering
Ibu-ibu penjual di warteg
Warga pemilik kos-kosan
Kalo ikut logika yg ga tertib memang hasilnya kacau ke mana2," tulisnya kembali.
Mantan anak buah Ahok itu menegaskan, penyajian data yang berimbang tak berhenti dengan menghadirkan narasumber dari dua pihak saja.
Ia pun mencontohkan Fox News yang selalu menghadirikan dua pihak yang bersebrangan tapi, menurutnya, masih tak menyajikan tayangan yang berimbang.
Ismail lalu mencontohkan film dokumenter yang bagus dari kanal YouTube Frontline PBS Official.
"Ini contoh film dokumenter yg bagus dr PBS.
Terlepas dr muatannya yg agak condong berseberangan dgn Trump, tp dia berusaha menghadirkan narasi dr kedua belah pihak dgn proporsional. Hati2 ambil kesimpulan.
Mereka juga disclose sumber dananya," tulisnya.
Hingga berita ini diturunkan, Tulisan Ken telah berupaya menghubungi Ismail Al Anshori.
Viralnya film tersebut lantaran kontennya yang begitu menyentuh.
Rumah Produksi WatchDoc menguak cerita kelam di balik para korban pembangunan PLTU.
Dua trailernya telah lebih dulu menduduki jumlah penonton yang cukup banyak.
Diunggah pada 13 April 2019 di YouTube, video tersebut menuai perhatian publik.
Film berdurasi 88 menit itu telah ditonton sampai 5 juta kali hingga Selasa (16/4/2019).
Sexy Killers menceritakan kisah runut perjalanan bisnis batu bara dari hulu ke hilir.
Batu bara yang menjadi bahan utamanya hingga dapat menghasilkan energi seperti yang dapat dikonsumsi saat ini.
Mulai dari lokasi penambangan batu bara di kawasan Kutai, Kalimantan Timur, dimana para petani transmigran yang telah menempati lokasi sejak era Orde Baru kini harus pasrah menanggung kerusakan lahan yang ditenggarai disebabkan oleh aktivitas tambang.
Selain polusi udara, krisis air bersih, dan kerusakan bangunan, aktivitas tambang yang bersebelahan dengan pemukiman warga juga meninggalkan lubang galian yang menelan korban jiwa.
Viralnya film Sexy Killers sampai tembus dilihat 5 juta kali di YouTube membuat mantan anak buah Ahok, Ismail Al Anshori menganalisanya.
Ismail Al Anshori menganalisa mengenai film Sexy Killers di laman Twitter pada Selasa siang (16/4/2019).
Dalam postingannya di Twitter, Ismail mempermasalahkan mengenai isi dari film tersebut yang tidak berimbang alias cover both side.
Menurutnya, film dokumenter seharusnya menambah wawasan dan sudut pandang bagi penonton. Bukan untuk membuat penonton mudah curiga dan semakin judgmental.
Ismail mengaku ia memiliki hobi untuk menonton film dokumenter.
"Gw hobi nonton film dokumenter. Kira2 seminggu 1 film dokumenter, baik yg durasi pendek (3-10 menit) dr Vox, 10-20 mnt dr NYT, sampe yg > 60 mnt dr PBS & HBO.
Film2 tsb menarik krn cover both sides. Nambah wawasan & sudut pandang.
Bkn malah jd makin gampang curiga & judgmental," tulis Ismail Al Anshori.
Ismail mengungkapkan, film dokumenter yang tak berimbang merupakan film propaganda.
Terkait hal itu, Ismail menyatakan tak melihat upaya pembuat film Sexy Killers menyajikan posisi yang berimbang.
"Film dokumenter yg tidak cover both sides adalah film propaganda.
Gw ga lihat upaya pembuat film Sexy Killers utk cover both sides. Kalo pun susah utk minta komentar dr pihak2 tertentu, paling minimal bisa usaha cari penjelasan dari sudut pandang yg berbeda," tulisnya kembali.
Ismail bahkan merasa aneh dengan anak-anak Jokowi, Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep yang diseret ke persoalan tambang batu bara.
Ia pun merasa khawatir nantinya jika penjual warteg dan warga kampung penyedia kos-kosan dianggap mendukung kapitalisme yang merusak lingkungan.
Lebih lanjut, Ismail membeberkan analisanya mengenai pihak-pihak yang bersalah berdasarkan film Sexy Killers.
"Jika menggunakan logika pembuat film Sexy Killers, maka pihak2 yg bersalah dalam tambang batubara adalah:
Kemendikbud
Kemenristek-Dikti
PDAM
Penjual katering
Ibu-ibu penjual di warteg
Warga pemilik kos-kosan
Kalo ikut logika yg ga tertib memang hasilnya kacau ke mana2," tulisnya kembali.
Mantan anak buah Ahok itu menegaskan, penyajian data yang berimbang tak berhenti dengan menghadirkan narasumber dari dua pihak saja.
Ia pun mencontohkan Fox News yang selalu menghadirikan dua pihak yang bersebrangan tapi, menurutnya, masih tak menyajikan tayangan yang berimbang.
Ismail lalu mencontohkan film dokumenter yang bagus dari kanal YouTube Frontline PBS Official.
"Ini contoh film dokumenter yg bagus dr PBS.
Terlepas dr muatannya yg agak condong berseberangan dgn Trump, tp dia berusaha menghadirkan narasi dr kedua belah pihak dgn proporsional. Hati2 ambil kesimpulan.
Mereka juga disclose sumber dananya," tulisnya.
Hingga berita ini diturunkan, Tulisan Ken telah berupaya menghubungi Ismail Al Anshori.
0 Response to "Film Dokumenter Watchdoc yang Berjudul Sexy Killer, Viral Sampai Tembus 12 Juta Views"
Post a Comment
gunakan kolom komentar secara bijak dan sifatnya membangun.
Karena komentar kalian sangat penting bagi kemajuan Blog ini.